Rabu, 23 Desember 2020

SEJARAH PATTALLASSANG (Masuk Kerajaan Gowa)

    Konon, pada masa pemerintahan Tumanurung hingga Raja Gowa kelima Karampang ri Gowa, wilayah Kerajaan Gowa saat itu hanya mencakup ke 9 Kasuwiang. Ini berarti, Negeri Pattallassang dan sekitarnya yang jauh dari negeri 9 Kasuwiang itu, belum masuk dalam wilayah Kerajaan Gowa. 

    Pada masa pemerintahan Raja Gowa VI Tunatangkalopi (1445-1460), sudah ada upaya untuk memperluas wilayah kekuasaan dengan menaklukkan daerah daerah sekitarnya, termasuk Kerajaan Tallo.

     Pada masa pemerintahan Tunatangkalopi, beliau yang memiliki dua putra itu khawatir, kalau putranya itu bersengketa memperebutkan singgasana kekuasaan di Kerajaan Gowa.

    Menghindari terjadinya perselisihan kedua bersaudara itu, Tunatangkalopi membagi dua wilayah kekuasaan yang terdiri dari beberapa gallarrang.

    Wilayah pertama yang akan diperuntukkan bagi Batara Guru meliputi wilayah:

1. Gallarrang Paccellekang

2. Gallarrang Pattallassang

3. Gallarrang Bontomanai Timur

4. Gallarrang Bontomanai Barat

5. Gallarrang Tombolok dan

6. Gallarrang Mangasa

    Wilayah kedua yang akan diperuntukkan bagi Karaeng Loe ri Sero terdiri wilayah:

1. Gallarrang Saumata

2. Gallarrang Pannampuk

3. Gallarrang Moncongloe

4. Gallarrang Parangloe

    Walau kedua wilayah itu kekuasaan itu dibagi dua, akan tetapi tetap menyatu dalam wilayah Kerajaan Gowa. Kerajaan Gowa - Tallo saat itu dikenal sebagai kerajaan kembar. Kala itu muncul sebuah istilah Rua Karaeng Se're Ata (dua raja tapi hanya satu rakyat).

    Setelah Tunatangkalopi turun tahta, beliau digantikan oleh kedua putranya. Batara Guru memegang tempuk pemerintahan di Kerajaan Gowa sedang adiknya memegang pemerintahaan di Kerajaan Tallo. Menyatuanya kedua kerajaan itu, karena Raja Tallo juga berfungsi sebagai Mangkubumi Kerajaan Gowa.

    Di wilayah Kerajaan Gowa saat itu terus memperluas wilayah kekuasaan ke timur, hingga sampai ke wilayah Lebonga (Borisallo). Di perbatasan Borisallo dengan Tinggimoncong, ada sebuah perkambungan bernama Jonggowa. Konon, Jonggowa itu berasal dari kata Ujung Gowa, yang berarti uUjung Gowa di wilayah Timur.

    Dari fakta sejarah tersebut, menunjukkan bahwa beberapa daerah kerajaan kecil, seperti Borisallo, Manuju, Pattallassang dan Paccellakang, saat itu sudah masuk dalam wilayah Kerajaan Gowa.

    Kemudian pada masa pemerintahan Raja Gowa IXI Manuntungi Daeng Matanre Karaeng Tumapakrisik Kallonna (1510-1546) beliau telah memperluas wilayah kekuasaan dengan menaklukkan beberapa daerah: Garassi, Katingan, Mandalle, Parigi, Siang (Pangkajene), Sidenreng, Lempangang, Bulukumba, Selayar, Panakukang, Campaga, Marusu. Selanjutnya Sanrobone, Jipang, Galesong, Agang Nionjong, Tanete (Barru), Kahu, Pakombong, dijadikan sebagai kerajaan Palilik atau kerajaan taklukan.

    Dari data sejarah itu sudah jelas bahwa Negeri Pattallassang maupun Paccellekang dan negeri sekitarnya, saat itu sudah bergabung dengan Kerajaan Gowa. Hal tersebut dapat dilihat dengan masuknya beberapa wilayah Sulsel di bagian selatan, seperti Bulukumba dan Selayar yang secara otomatis, kedua kerajaan itu (Borisallo, Manuju, Pattallassang dan Paccellekang) sudah ada didalamnya. Bahkan ketika itu, Pattallassang maupun Paccellekang sudah masuk dalam anggota Bate Salapanga ri Gowa.

    Ketika itu, Pattallassang maupun Paccellekang juga memiliki Tubarani yang direkrut oleh Kerajaan Gowa dalam rangka memperkuat wilayah pertahanan Kerajaan. Tubarani dari Pattallassang itu kemudian diberi nama "Campagana Pattallassang" sedangkan dari Paccellekang disebut Lampungna Paccellekang, Para Tubarani dari kedua negeri itu, dijadikan sebagai pasukang Paklapang Barambang (Panglima Perang) dalam setiap memperluas wilayah kekuasaan.

    Lebih-lebih lagi pada masa pemerintahan Raja Gowa XI Manriwagau Daeng Bonto Karaeng Tunipallangga Ulaweng (1546-1565) memperluas wilayah kekuasaan dengan menaklukkan kerajaan Bajeng, Lengkese, Lamuru, Cenrana, Salomekko, Bulo-bulo, Selayar, Otteng, Wajo, Sawitto, Soppeng, Alitta, Mandar, Luwu, Kaili, Toli-toli,, hingga mencakup seluruh wilayah Sulawesi.

    Puncak keemasan Kerajaan Gowa terjadi pada masa pemerintahan Raja Gowa XV Sultan Malikkussaid (1639-1653) dengan Mangkubumi Karaeng Pattingalloang, dengan pengaruh kekuasaan meliputi separuh nusantara di wilayah Timur yang meliputi wilayah Sulawesi, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara (kecuali Bali), Australia Utara (Pulau Marege), Kepulauan Maluku, dan pada masa itu Gowa mengalami zaman keemasan (GOldem Eeum). Setelah Perjanjian Bungaya 18 November 1667, Gowa mengalami kemunduran.

    Untuk wilayah Kerajaan Borisallo dan sekitarnya dimana dulunya termasuk kawasan hutan belantara yang dijadikan oleh kaum pejuang sebagai tempat persembunyian. Banyak pejuang yang melakukan gerilya di daerah sekitar itu, diantaranya I Mappasempak Daeng Mamaro Karaeng Bontolangkasa yang dimakamkan di Bontoparang. Raja Gowa ke XXVI AMas Madina yang lebih dikenal dengan Batara Gowa II atau I Sangkilang (1753-1767) yang makamnya kini ada di Lanna Parangloe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SEJARAH PATTALLASSANG (Masuk Anggota Bate Salapang)

     Sekitar tahun 1910 Pemerintahan Belanda menghapus semua hak-hak apanage, baik yang ada di wilayah Kerajaan Gowa maupun wilayah yang mas...