Sejarah telah mencatat, bahwa wilaya Kecamatan Pattallassang pada sebelum terbentuknya Kerajaan Gowa silam, juga berdiri suatu wilayah pemerintahan. kala itu, masyarakat hidup secara berkelompok dan membentuk sebuah pemerintahan atau kerajaan kecil, dimana pemerintahannya disebut Dampang atau raja kecil.
Pada masa Gowa purba, kehidupan masyarakat secara berkelompok itu, tak selamanya akur. Pernah suatu ketika, peperangan antar kelompok tak pernah terelakan, para pemimpin negeri yang bertikai itu berupaya mendamaikan warganya, namun tak mampu menyelesaikan konfik, malah semakin jadi.
Untuk mendamaikan konfil tersebut, dibutuhkan seorang pemimpin yang punya kharismatik dan mau diterima oleh semua pihak. Ketika terjadi pertempuran di Mamampang, maka prajurit kedua belah pihak melihat sesuatu yang terbang diatas kampung Mamampang. Benda yang terbang itu adalahseberkas cahaya yang berkilau seperti emas dan dibelakangnya ada sebuah bendera yang ikut dalam benda terbang itu.
Melihat sesuatu yang aneh itu, kedua kelompok warga yang bertikai itu menghentikan pertempuran, seraya mendekati benda terbang itu. Benda itu pertamanya turun di Mamampang, kemudian bergerak lagi sepanjang satu kilometer menuju sebuah pohon cempaka. Di atas pohon cempaka itulah, kilauan cahaya itu hinggap bersama benderanya.
Untuk menurunkan, cahaya dan benda itu, maka warga setempat memukulkan gendang (ganrang pakarena) diikuti dengan tarian para dara-dara manis. Suara gendang yang bertalu-talu itulah, akhirnya cahaya dan benda itu turun ke tanah. Sampai di tanah, bendera itu kemudian diambil oleh warga, dan kemudian dinamakan bendera Jole-jolea. Sedangkan seberkas cahaya itu, kemudian terus bersinar di tengah gelap gulita, dan akhirnya sinar itu kemudianberubah bentuk menjadi putri cantik. Putri cantik itu membawa beberapa perhiasan terbuat dari emas, seperti mahkotan dan emas batangan lainnya, juga sebuah tongkat sakti.
Tana tempat cahaya itu turun, kemudian putri cantik itu menancapkan tongkatnya, dan membentuk sebuah sumur besar. Sumur itu kemudian diberi nama Bungung Lompoa. Putri cantik menciptakan sebuah sumur besar saat itu, karna kondisi negeri itu juga dilanda kekeringan, lagi pula dengan adanya sumber air, lahan menjadi subur dan warga bisa menjadi sejahtera.
Karna putri cantik itu oleh warga setempat tak diketahui namanya, sehingga warga di Mamampang dan sekitarnya saat itu menamakan putri cantik itu sebagai Tumanurung, artinya putri yang turun dari negeri Kayangan.
Karena kondiri negeri di Pattallassang, Khususnya di Mamampang saat itu mengalami krisis kepemimpinan, maka semua warga yang bertikai sepakat untuk mengangkat Tumanurung itu sebagai pemimpinnya. Tumanurunglah menjadi Raja pertama. Negeri Pattallassang. Tumanurung itu kemudian diarak ke sebuah tempat untuk dilakukan sebagai acara pelantikan Ratu. Tempat itu kemudian dinamakan Pallantikang.
Masa pemerintahan Tumanurung di Pattallassang itu terbentuk setelah Putri Tumanurunga di Tamalate (Gowa) terbentuk. Putri cantik itu turun di bukit Tamalate juga untuk mempersatukan negeri di Kasuwiang Salapanga yang juga dilanda perang saat itu. Putri Tumanurung yang punya Khatismatik di negeri Kasuwiang, telah mampu meredakan pertikaian dan merubah Gowa menjadi negeri yang aman dan damai.
Ketika Putri Tumanurung menjadi ratu di Pattallassang, negeri yang tadinya kocar kacir karna dilanda perang, tiba-tiba berubah menjadi negeri yang aman. Para warga terlihat saling memafkan atas kesalahan yang pernah mereka perbuat. Mereka bekerja keras untuk menutupi kehidupannya, Para petani sudah bebas menggarap kebun maupun sawahnya, dan hasilnya melimpah, membuat warga Pattallassang semakin makmur.
Agar Putri Tumanurung itu betah memerintah di Pattallassang, maka warganya membangunkan sebuah istana di dekat tempat ia berpijak ketanah yakni dekat Bungung Lompoa.
Setelah sekian tahun lamanya Putri Tumanurung memerintah, maka ia kemudian mengumpulkan warganya, agar kelak bila iya kembali ke negerinya, ia menunjuk salah seorang warga Pattallassang, agar kelak menyetujui sebagai pemimpinnya. Apa yang disampaikan oleh Ratu, bisa diterima baik oleh warganya. Satu lagi Putri Ratu ia pesan, agar jangan lagi ada pertikaian di negeri ini.
Tak lama setelah Putri Ratu menyampaikan pesan, Ratu kemudian menghilang atau raib ke negeri Kayangan. Warga setempat menamakan Tunisayang, artinya orang yang raib ke negeri Kayangan.
Sejak saat itu pula, negeri Pattallassang menjadi sebuah negeri yang makmur, aman dan damai. Itu pulahlah sebabnya, negeri itu dinamakan Pattallassang, karena banyak terdapat sumber penghidupan di negeri itu, yang membuat rakyatnya sejahtera.
Konon, Pattallassang pada masa Pemerintahan kolonial belanda dulu merupakan tempat pelarian bagi para pembangkan. Setelah mereka masuk di kampung Pattallassang, mereka sudah aman, atau dapat hidup dengan bebas. Karena didalam daerah itu para pelarian politik mendapat perlindungan dari para tubarani. Itulah sebabnya disebut Pattallassang, artinya tampat penghidupan.
Bahkan ada kampung sekitar itu, namanya Teamate (Tidak mau mati). Pemberian nama kampung itu seiring dengan nama Pattallassang, yakni orang tidak boleh mati, kecuali memang ajal menjemput.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar